masukkan script iklan disini
Kurikulum 2013, yang sebenarnya
belum ditentukan namanya apakah kurikulum
2013, KTSP yang disempurnakan, KTSP berbasis kompetensi ataukah KTSP 2013, tetapi karena pembuat
kebijakan biasa menyebutnya dengan kurikulum 2013 maka dalam pembahasan
selanjutnya kita sebut saja demikian. Sejak digulirkannya pembaharuan kurikulum
yang bertajuk kurikulum 2013, berbagai reaksi bermunculan ada yang pro dan ada
yang kontra. Pro dan kontra terhadap sesuatu adalah sangat wajar karena pada
hakikatnya laiknya mata pisau yang mempunyai dua sisi di setiap hal pasti
mempunyai sisi negatif dan sisi positif.
Sebagaimana juga menolak dan menerima apapun kebijakan pemerintah adalah
hak masing-masing, akan tetapi betapa malangnya manusia yang menolak sesuatu
tanpa paham apa yang ditolaknya, dan tanpa paham kenapa harus menolaknya. Jadi
marilah kita kenali lebih dekat apa sebenarnya kurikulum 2013 itu. Jangan
sampai menyesal dikemudian hari, karena sudah terlanjur bersikukuh menolaknya
akan tetapi di kemudian hari baru disadari kebaikannya.
Apa itu kurikulum? dalam pembahasan
ini kita akan membaginya kedalam lima pembahasan. Pertama, kurikulum adalah
mindset (cara pandang) kita terhadap peserta didik. Mindset kita terhadap
peserta didik adalah kurikulum yang sejati, kenapa? Kita pelajari alasannya
lebih lanjut, bahwa sebuah kurikulum akan bagus jika didukung oleh SDM (guru)
yang bagus pula, dan guru yang bagus adalah yang mempunyai mindset yang bagus
terhadap seluruh peserta didiknya. Setiap SDM dunia pendidikan harus mempunyai
cara pandang bahwa semua anak adalah bintang, dengan keunggulannya
masing-masing yang unik dan berbeda satu sama lainnya. Bahwa Allah SWT
menciptakan setiap jiwa lengkap dengan rencana dan alasan untuk apa dan peran
apa yang akan diembannya. Dimana perannya tidak bisa digantikan oleh yang lain.
Sebagai
ilustrasinya seorang bayi yang lahir dengan pembengkakan di kepalanya dan hanya
bisa bertahan hidup selama dua jam. Di situasi seperti itu semua dokter ahli
akan berkumpul dan mempelajari apa sebabnya, bagaimana pencegahannya dan
bagaimana cara mengobatinya yang kesemuanya itu tidak pernah ditemukan dan
didapatkan dari bangku kuliah di fakultas kedokteran manapun. Subhanalloh masa
hidupnya yang hanya dua jam dia mengemban peran dari Allah untuk menjadi guru
dari mahaguru kedokteran. Tidak ada yang Allah ciptakan untuk sia-sia seburuk
apapun manusia memandangnya pasti ada alasan mulia keberadaanya. Karena Allah
tidak akan pernah dzalim kepada hamba-Nya.
Oleh
karena itu SDM dunia pendidikan harus bisa menerima bagaimanapun kondisi
peserta didik, hatta untuk anak berkebutuhan khusus sekalipun. Serta bisa
memberikan pembelajaran yang sesuai untuk masing-masing jiwa yang berbeda.
Idealnya semua lembaga pendidikan berlabel sekolah bisa memberikan kesempatan
yang sama untuk semua anak yang ingin belajar. Namun karena tidak semua sekolah
tidak mampu menyediakan layanan inklusi, maka berbahagialah bagi guru yang
berada disekolah inklusi dan harus bersinggungan langsung dengan peserta didik
yang mempunyai kebutuhan khusus.
Ilustrasi
yang
menggambarkan kualitas seorang guru diibaratkan sebagai seorang supir
yang
mampu menyetir mobil yang tua, macet, dijalan menanjak dan menikung,
serta ramai
lalulintasnya walaupun begitu tetap bisa sampai ditujuan akhirnya. Dan
bukannya supir yang menyetir
mobil bagus, dijalan tol, tidak ada tanjakan dan tikungan, serta hanya
sendiri di
jalan raya. Tidak Aneh kalau bisa mencapai tempat yang dituju. Kemampuan
profesional seorang guru akan teruji jika dia menghadapi
sekolah dengan sarana dan prasarana seadanya dan kondisi peserta didik
yang menantang
dan bukannya dihadapkan pada sekolah yang lengkap faslitasnya dan
kondisi
peserta didik yang pintar-pintar.
Seberapa
besar permasalahan yang diberikan Allah berbanding lurus dengan kemampuan dalam
menghadapi masalah tersebut. Oleh karenanya kecewalah ketika diberi persoalan
kecil. Dan bersyukurlah apabila diberi persoalan besar. Seberat-beratnya
persoalan dunia pendidikan yang dihadapkan kepada guru artinya Allah memberikan
Kemampuan untuk mengatasinya (Al Baqarah:286). Kalau kita takut dapat yang
sulit dan lebih memilih yang mudah maka kita tidak akan dapat apa-apa. Artinya
persoalan yang diberikan kepada manusia adalah anak tangga menuju sukses, tidak
ada nelayan tangguh yang lahir dari laut yang tenang. Tidak akan diberi
sukses jika belum pernah diberi kesempatan melewati permasalahan yang berat.
Berbahagialah sekolah yang sarananya terbatas karena akan menstimulus jiwa
kreatifitas.
Jadi
berbicara tentang kurikulum adalah berbicara tentang bagaimana mindset kita
terhadap dunia pendidikan, itu yang pertama. Yang kedua berbicara mengenai
kurikulum berkaitan erat dengan ungkapan “kita adalah murid pertama dari setiap
ucapan kita”. Jadi yang pertama kali harus mengimplementasikan dari apa yang
kita ajarkan kepada peserta didik adalah diri kita sendiri. Sebelum kita
meminta murid kita untuk kreatif kita harus kreatif terlebih dahulu. Sebelum
kita menyuruh anak didik kita untuk sopan kita harus sopan terlebih dahulu.
Sebelum kita menyuruh anak didik kita untuk rukun dengan teman, sesama rekan
guru pun kita harus saling kompak. So do
than tell or tell than do it firstly.
Ketiga,
hal
yang bisa kita gunakan untuk menjelaskan apa itu kurikulum adalah janji
dunia pendidikan terhadap bangsa. Mari kita lihat terlebih dahulu apa
janji
dunia pendidikan terhadap bangsa. Dalam bab I pasal 1 ayat 1 UUSPN No.20
tahun
2003 di sebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara
aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual,
kenyamanan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Jadi kurikulum adalah tentang bagaimana dunia pendidikan merealisasikan
janjinya tersebut, sebagai kontribusi nyata terhadap bangsa dan negara.
Keempat,
kurikulum
bisa dijelaskan sebagai role model yang dilekatkan pada seorang guru.
Karena setiap tindak-tanduk dan ucapan guru akan ditiru peserta didik
dan turut
membentuk kepribadian anak. Kurikulum yang ini biasa disebut kurikulum
yang
tersembunyi (hidden curriculum). Jadi bertobatlah dari sikap saling
menyalahkan
karena ujung-ujungnya kita akan menyalahkan Allah. Analoginya seperti
seorang pembuat roti, apabila ada cacat rasa atau sesuatu yang salah
dari roti yang kita makan dan kita mengeluhkannya sejatinya orang yang
kita komplain adalah sang pembuatnya dan bukan rotinya. Jika kita
mengeluhkan apa yang Allah suguhkan kepada kita maka sejatinya kita
menyalahkan Sang Pemberi. Naudzubillahi min dzalik.
Kelima,
kurikulum adalah tentang hati nurani pendidik, dimana jika hati nurani itu
hilang maka matilah pendidikan. Kurikulum bukanlah cetakan yang apabila
cetakannya berubah maka akan berubah pula hasilnya, kurikulum bukanlah
semata-mata hanya dokumen-dokumen yang berisi SK, KD, atau Indikator. Kurikulum pada hakikatnya
seperti lima hal yang telah dijelaskan diatas sehingga apabila ekstremnya
pemerintah mengubah kurikulum tiap seminggu sekali tidak akan pernah ada
masalah karena kontennya tetap sama. Kurikulum adalah tools,
sedangkan draft dokumen tentang struktur kurikulum 2013 bisa dengan
mudah ditemukan di situs-situs resmi dinas pendidikan. Poinnya adalah
kita harus tahu bagaimana menggunakan alat tersebut dengan bingkai
kerangka lima hal tersebut diatas. Kurikulum adalah sebuah seni
menggunakan perangkat yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan yang
seideal mungkin.
Marilah
kita menjadi manusia-manusia yang tidak pernah setengah hati dalam menjalani
jalur kita. Dan karena kita berada di jalur pendidikan mari sepenuh hati
menghidupinya, maka pendidikan pun akan hidup dalam kita bahkan menghidupi
kita. Perbedaan antara setengah hati dan sepenuh hati dapat dijelaskan dengan
kata “tapi” dan “walaupun”. Perhatikan dua kalimat berikut; Saya akan sholat
awal waktu tapi saya sibuk, ini
setengah hati. Saya akan sholat tepat waktu walaupun saya sibuk, yang ini baru sepenuh hati. Ganti semua kata “tapi”
dalam diri menjadi “walaupun”, ganti semua rasa setengah hati terhadap hidup
yang kita jalani dengan sepenuh hati menjalani hidup.